Bermimpi Jadi Raja, Pria ini Bikin Negara Sendiri
http://kilasinpo.blogspot.com/2015/05/bermimpi-jadi-raja-pria-ini-bikin.html
Pria asal Portugal ini tidak tanggung-tanggung dalam cita-cita. Dia ingin menjadi seorang penguasa negara dan mewujudkannya. Dalam kehidupan sehari-hari boleh saja kalau profesinya cuma seorang guru kesenian. Tetapi di luar jam kerja, Renato adalah seorang pemimpin negara.
Renato Baros, 56, dilaporkna Oddity Central mendirikan negara di sebuah pulau kecil di pelabuhan Funchal, Maderia, Portugal. Ia mengganti nama pulau tersebut dan lahirlah negara Principality of the Pontinha yang dipimpin oleh Pangeran Renato II.
Walaupun disebut negara, sebenarnya wilayah Pontinha hanya seukuran rumah sangat sederhana dengan satu kamar tidur. Warga negaranya pun cuma tiga, Renato, istrinya, dan anak mereka.
Sebagai penguasa, Renato memegang dua paspor, satu dengan kearganegaraan Portugal dan satunya lagi paspor Pontinha. Tentu saja, dengan terbatasnya jumlah penduduk Pontinha, selain sebagai penguasa dia juga harus berperan ganda sebagai penjaga keamanan, tukang kebun, dan petugas pembersih.
Renato mendapat kesempatan untuk membeli pulau kecil yang sekarang ia sulap menjadi negara itu 14 tahun lalu. tadinya dimiliki oleh sebuah keluarga berada asal Inggris. Mereka berkeinginan menjualnya karena tidak potensial. Kala itu pulau tersebut ditawarkan dengan harga 25.000 Euro.
Mendengar tawaran penjualan itu, Renato langsung tertarik. Ia menjual sebagian besar hartanya untuk membeli pulau tersebut. Keluarga dan teman-temannya berpikir dia sudah tidak waras, mau mengambil keputusan seimpulsif itu.
Tetapi Renato ngotot membeli Pontinha karena tempat itu merupakan bagian dari visinya dalam memiliki hidup dengan kebebasan mutlak.
"Kalau saya ingin memiliki lagu nasional, saya bisa membuatnya dan mengubahnya setiap waktu. Begitu juga dengan bendera negara."
Kekuasaan absolut Renato memang cuma berlaku di Pontinha, tetapi dia sudah cukup puas. Walaupun begitu bukan berarti hak Renato atas negara kecilnya tidak menemui ancaman.
Ketika berkunjung ke kantor gubernur Maderia untuk memperkenalkan diri, ia justru mendapat ancaman pasokan listriknya akan diputus, kecuali ia bersedia menjual kembali Pontinha kepada Portugal.
Tentu saja Renato menolak. Ia bahkan berniat mencari sumber energi listrik alternatif untuk menerangi negara pulaunya.
Sekarang yang Renato inginkan adalah menjadikan Pontinha sebagai tempat pensiun. Ia ingin menghabiskan hari tuanya di negara tersebut.
(sumber)